Pertama: waktu pagi dan sore hari.
Pada waktu ini, kita dianjurkan
membaca surat Al Ikhlash bersama dengan
maw’idzatain (surat Al Falaq dan surat An Naas)
masing-masing sebanyak tiga kali. Keutamaan yang diperoleh adalah: akan dijaga
dari segala sesuatu (segala keburukan).
Dari Mu'adz bin Abdullah bin Khubaib
dari bapaknya ia berkata,
خَرَجْنَا فِى لَيْلَةِ
مَطَرٍ وَظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطْلُبُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
لِيُصَلِّىَ لَنَا فَأَدْرَكْنَاهُ فَقَالَ « أَصَلَّيْتُمْ ». فَلَمْ أَقُلْ
شَيْئًا فَقَالَ « قُلْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ « قُلْ ». فَلَمْ
أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ « قُلْ ». فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَقُولُ
قَالَ « (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِى وَحِينَ
تُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ »
Pada malam hujan lagi gelap gulita
kami keluar mencari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
untuk shalat bersama kami, lalu kami
menemukannya. Beliau bersabda, "Apakah kalian telah shalat?"
Namun sedikitpun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, "Katakanlah". Namun sedikit pun aku tidak berkata-kata.
Beliau bersabda, "Katakanlah".
Namun sedikit pun aku tidak berkata-kata. Kemudian beliau bersabda, "Katakanlah". Hingga aku berkata, "Wahai Rasulullah, apa yang harus aku katakan?” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Katakanlah (bacalah surat)
QUL HUWALLAHU AHAD DAN QUL A'UDZU BIRABBINNAAS DAN QUL A'UDZU BIRABBIL FALAQ
ketika sore dan pagi sebanyak tiga kali, maka dengan ayat-ayat ini akn
mencukupkanmu (menjagamu) dari segala keburukan." (HR. Abu
Daud no. 5082 dan An Nasai no. 5428. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Kedua: sebelum tidur
Pada waktu ini, kita dianjurkan
membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, An Naas dengan terlebih dahulu mengumpulkan
kedua telapak tangan, lalu keduanya ditiup, lalu dibacakanlah tiga surat ini.
Setelah itu, kedua telapak tangan tadi diusapkan pada anggota tubuh yang mampu
dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Cara seperti tadi
diulang sebanyak tiga kali.
Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله
عليه وسلم - كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ
ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ
أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ
بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ
وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
“Nabi shallallahu ’alaihi wa
sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua
telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul
huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu
birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu
birobbin naas’ (surat
An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota
tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan.
Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017)
Ketiga: saat meruqyah (membaca
do’a & wirid untuk penyembuhan ketika sakit)
Bukhari membawakan bab dalam shohihnya
‘Meniupkan bacaan ketika ruqyah’. Lalu dibawakanlah hadits serupa di atas dan
dengan cara seperti dijelaskan dalam point kedua.
عَنْ عَائِشَةَ - رضى الله
عنها - قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا أَوَى إِلَى
فِرَاشِهِ نَفَثَ فِى كَفَّيْهِ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
وَبِالْمُعَوِّذَتَيْنِ جَمِيعًا ، ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ ، وَمَا
بَلَغَتْ يَدَاهُ مِنْ جَسَدِهِ . قَالَتْ عَائِشَةُ فَلَمَّا اشْتَكَى كَانَ
يَأْمُرُنِى أَنْ أَفْعَلَ ذَلِكَ بِهِ
Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata, "Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hendak tidur, beliau
akan meniupkan ke telapak tangannya sambil membaca QUL HUWALLAHU AHAD (surat Al Ikhlas) dan
Mu'awidzatain (Surat An Naas dan Al Falaq), kemudian beliau mengusapkan ke
wajahnya dan seluruh tubuhnya. Aisyah berkata, “Ketika beliau sakit, beliau menyuruhku melakukan hal itu (sama
seperti ketika beliau hendak tidur, -pen)." (HR. Bukhari no.
5748).
Jadi tatkala meruqyah, kita dianjurkan
membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, An Naas
dengan cara: Terlebih dahulu mengumpulkan kedua telapak tangan lalu keduanya
ditiup lalu dibacakanlah tiga surat
tersebut. Setelah itu, kedua telapak tangan tadi diusapkan pada anggota tubuh
yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Cara
seperti ini diulang sebanyak tiga kali.
Keempat: wirid seusai shalat (sesudah
salam)
Sesuai shalat dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq
dan An Naas masing-masing sekali. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata,
أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ الْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ
صَلَاةٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam memerintahkan padaku untuk membaca mu’awwidzaat di akhir shalat
(sesudah salam).” (HR. An Nasai no. 1336 dan Abu Daud no. 1523).
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Yang
dimaksud mu’awwidzaat adalah surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas
sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani. (Fathul Bari, 9/62)
Kelima: dibaca ketika mengerjakan
shalat sunnah fajar (qobliyah shubuh)
Ketika itu, surat
Al Ikhlash dibaca bersama surat
Al Kafirun. Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al
Fatihah, sedangkan surat
Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.
Dari’ Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
نِعْمَتِ السُّوْرَتَانِ
يَقْرَأُ بِهِمَا فِي رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الفَجْرِ : { قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ }
وَ { قُلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُوْنَ
“Sebaik-baik surat
yang dibaca ketika dua raka’at qobliyah shubuh adalah Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) dan Qul yaa ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun).”
(HR. Ibnu Khuzaimah 4/273. Syaikh Al Albani mengatakan dalam Silsilah Ash
Shohihah bahwa hadits ini shahih. Lihat As Silsilah
Ash Shohihah no. 646).
Keenam: dibaca ketika mengerjakan
shalat sunnah ba’diyah maghrib
Ketika itu, surat
Al Ikhlash dibaca bersama surat
Al Kafirun. Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al
Fatihah, sedangkan surat
Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
مَا أُحْصِى مَا سَمِعْتُ
مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقْرَأُ فِى الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ
الْمَغْرِبِ وَفِى الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الْفَجْرِ بِ (قُلْ يَا
أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
“Aku tidak dapat menghitung karena
sangat sering aku mendengar bacaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
membaca surat pada shalat dua raka’at ba’diyah
maghrib dan pada shalat dua raka’at qobliyah shubuh yaitu Qul yaa ayyuhal kafirun
(surat Al Kafirun) dan qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash).”
(HR. Tirmidzi no. 431. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
Ketujuh: dibaca ketika mengerjakan
shalat witir tiga raka’at
Ketika itu, surat
Al A’laa dibaca pada raka’at pertama, surat Al
Kafirun pada raka’at kedua dan surat
Al Ikhlash pada raka’at ketiga.
Dari ‘Abdul Aziz bin Juraij, beliau
berkata, “Aku menanyakan pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, surat apa yang
dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (setelah membaca Al
Fatihah) ketika shalat witir?”
‘Aisyah menjawab,
كَانَ يُوتِرُ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ يَقْرَأُ فِى الأُولَى بِ (سَبِّحِ
اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَفِى الثَّانِيَةِ بِ (قُلْ يَا أَيُّهَا
الْكَافِرُونَ) وَفِى الثَّالِثَةِ بِ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ)
وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam membaca pada raka’at pertama: Sabbihisma robbikal a’la (surat
Al A’laa), pada raka’at kedua: Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat
Al Kafirun), dan pada raka’at ketiga: Qul huwallahu ahad (surat
Al Ikhlash) dan mu’awwidzatain (surat
Al Falaq dan An Naas).” (HR. An Nasai no. 1699, Tirmidzi no. 463,
Ahmad 6/227)
Dalam riwayat yang lain disebutkan
tanpa surat al
mu’awwidzatain.
عَنْ أُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ
قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُوتِرُ بِ (سَبِّحِ اسْمَ
رَبِّكَ الأَعْلَى) وَ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ
أَحَدٌ)
Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya melaksanakan shalat
witir dengan membaca Sabbihisma robbikal a’la (surat
Al A’laa), Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat Al
Kafirun), dan Qul huwallahu ahad (surat
Al Ikhlash)” (HR. Abu Daud no. 1423 dan An Nasai no. 1730)
Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah mengatakan,
وَحَدِيثُ عَائِشَةَ فِي
هَذَا لَا يَثْبُتُ ؛ فَإِنَّهُ يَرْوِيهِ يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ ، وَهُوَ ضَعِيفٌ
.وَقَدْ أَنْكَرَ أَحْمَدُ وَيَحْيَى بْنُ مَعِينٍ زِيَادَةَ الْمُعَوِّذَتَيْنِ .
“Hadits ‘Aisyah tidaklah shahih. Di
dalamnya ada seorang perowi bernama Yahya bin Ayyub, dan ia dho’if. Imam Ahmad
dan Yahya bin Ma’in telah mengingkari penambahan “mu’awwidzatain”.” (Al Mughni,
1/831)
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan,
تعليق شعيب الأرنؤوط : صحيح
لغيره دون قوله : والمعوذتين وهذا إسناد ضعيف عبد العزيز بن جريج لا يتابع في حديثه
“Hadits ini shahih kecuali pada
perkataan “al mu’awwidzatain”, ini sanadnya dho’if karena ‘Abdul ‘Aziz bin
Juraij tidak diikuti dalam haditsnya.” (Tahqiq Musnad Al Imam Ahmad bin Hambal,
6/227)
Jadi yang tepat dalam masalah ini,
bacaan untuk shalat witir adalah raka’at pertama dengan surat
Al A’laa, raka’at kedua dengan surat Al Kafirun
dan raka’at ketiga dengan surat
Al Ikhlas (tanpa mu’awwidzatain).
Namun bacaann ketika witir ini
sebaiknya tidak rutin dibaca, sebaiknya diselingi dengan berganti membaca surat lainnya. Syaikh
‘Abdullah Al Jibrin rahimahullah
mengatakan,
والظاهر أنه يكثر من قراءتها،
ولا يداوم عليها فينبغي قراءة غيرها أحياناً حتى لا يعتقد العامة وجوب القراءة بها
“Yang nampak dari hadits yang ada,
hendaklah bacaan tersebut seringkali saja dibaca, namun tidak terus-terusan.
Sudah seharusnya seseorang membaca surat
yang lain ketika itu agar orang awam tidak salah paham,ditakutkan mereka malah
menganggapnya sebagai perkara yang wajib.” (Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin, 24/43)
Kedelapan: dibaca ketika mengerjakan
shalat Maghrib (shalat wajib) pada malam jum’at.
Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at
pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.
Dari Jabir bin Samroh, beliau
mengatakan,
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله
عليه وسلم يَقْرَأُ فِي صَلاَةِ المَغْرِبِ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ : ( قَلْ يَا
أَيُّهَا الكَافِرُوْنَ ) وَ ( قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam biasa ketika shalat maghrib pada malam Jum’at membaca Qul yaa ayyuhal
kafirun’ dan ‘Qul ‘ huwallahu ahad’. ” (Syaikh Al Albani dalam
Takhrij Misykatul Mashobih (812) mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Kesembilan: ketika shalat dua rak’at
di belakang maqom Ibrahim setelah thowaf
Dalam hadits Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu yang amat panjang disebutkan,
فجعل المقام بينه وبين البيت
[ فصلى ركعتين : هق حم ] فكان يقرأ في الركعتين : ( قل هو الله أحد ) و ( قل يا
أيها الكافرون ) ( وفي رواية : ( قل يا أيها الكافرون ) و ( قل هو الله أحد )
“Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjadikan maqom Ibrahim antara dirinya dan Ka’bah, lalu beliau
laksanakan shalat dua raka’at. Dalam dua raka’at tersebut, beliau membaca
Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas) dan Qul
yaa-ayyuhal kaafirun (surat
Al Kafirun). Dalam riwayat yang lain dikatakan, beliau membaca Qul yaa-ayyuhal kaafirun
(surat Al Kafirun) dan Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas).”
(Disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam Hajjatun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 56)
Semoga sajian ini bermanfaat dan bisa
diamalkan. Alhmadulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush
sholihaat. Wa shallallahu ’ala nabiyyina Muhammad wa ’ala alihi wa shohbihi wa
sallam.
Oleh : Muhammad Abduh Tuasikal
semoga bermanfaat...